Wednesday, November 24, 2010

Asuransi Pendidikan Vs Reksadana

U-Mag #30, Mei 2010

Dana Pendidikan

Asuransi dan tabungan pendidikan kadang tak bisa menutupi kebutuhan pendidikan anak kita. Solusinya adalah dengan menginvestasikan dana pendidikan.
------

Demi tak membayar supermahal di kemudian hari, Anda dan pasangan saat ini (mungkin) telah mempersiapkan dana pendidikan anak. Biasanya, dengan membeli produk asuransi pendidikan dengan jangka waktu tertentu, atau membuka rekening tabungan khusus pendidikan anak.

Seperti Arin, 28 tahun. Eksekutif di perusahaan elektronik asal Korea Selatan ini setiap bulan menyisihkan gajinya demi mendapatkan uang pertanggungan lebih dari Rp 100 juta untuk pendidikan Zahwa, putri semata wayangnya yang kini berusia 2 tahun. Dia menilai asuransi plus investasi untuk pendidikan adalah yang paling pas. “Saya tak perlu pusing nantinya,” kata Arin, yang tengah mempersiapkan Zahwa masuk preschool Juli nanti.

Sementara Arin (merasa) sudah membereskan urusan masa depan anak, Anda dan pasangan bisa jadi demikian. Namun perencana keuangan dari Quantum Magna Financial, Ligwina Hananto, menganggap produk asuransi ataupun tabungan yang berembel-embel pendidikan ini kurang tepat sasaran. “Bukan produknya yang salah, hanya tidak sesuai dengan kebutuhan,” kata perempuan yang akrab disapa Wina ini.

Penyebabnya inflasi. Semua produk pasti mengalami inflasi, termasuk biaya pendidikan anak. Khusus untuk dana pendidikan, besaran inflasi yang terjadi bisa mencapai 15-20 persen per tahun. Artinya, jika saat ini Arin harus menyediakan biaya masuk preschool sekaligus taman kanak-kanak anaknya Rp 7 juta, perlu biaya yang lebih besar lagi untuk masuk sekolah yang sama tahun depan.

Komponen pendidikan pun perlu diperhatikan. Biaya apa saja yang bisa dimasukkan dalam rencana pendidikan ini biasanya meliputi uang pangkal, uang bulanan, uang per semester, atau biaya tahunan.

Namun ada perbedaan antara menghitung uang sekolah dan uang kuliah. Untuk playgroup hingga sekolah menengah atas, hanya uang pangkal yang diperhitungkan dalam pos dana pendidikan. Adapun uang bulanan (sumbangan pembinaan pendidikan atau SPP) dan uang pendaftaran biasanya dimasukkan dalam pos pengeluaran bulanan dan pengeluaran tahunan rumah tangga. Ini karena SPP biasanya tak terlalu besar.

Berbeda dengan biaya pendidikan di perguruan tinggi, yang harus diperhitungkan soal biaya masuk di awal tahun perkuliahan, biaya satuan kredit semester (SKS) per semester, dan biaya SPP yang dibayar setiap semester.

Nah, untuk mengejar laju kenaikan biaya pendidikan tadi, Anda yang memilih produk tabungan pendidikan diharuskan menyetor lebih dari Rp 1 juta setiap bulan. Dan Anda yang memutuskan membeli produk asuransi pendidikan harus mengambil produk dengan biaya pertanggungan Rp 100 juta. Bayangkan berapa besar biaya yang perlu Anda keluarkan.

Menurut Winda, jika Anda memiliki produk tabungan pendidikan dengan setoran Rp 1 juta per bulan, Anda tak memiliki masalah sampai anak Anda menyelesaikan bangku sekolah dasar. Masalah baru muncul saat anak Anda hendak masuk sekolah menengah pertama, karena dana yang Anda kumpulkan di tabungan pada tahun ke-11 tak cukup untuk menutup biaya pendidikannya. Apakah asuransi pendidikan lebih baik? Belum tentu. Bahkan kita harus nombok sejak anak masuk SD.

Tentu sebagai orang tua, Anda tak mau hal itu terjadi bukan? “Saya ingin yang terbaik untuk anak nantinya, tapi tak terlalu memberatkan saat saya tua nanti,” begitu kata Arin. Karena itu, Wina menuturkan sebaiknya Anda sebagai orang tua berhati-hati sebelum membeli produk berlabel pendidikan bagi putra-putri Anda.

***

Kini pertanyaannya, adakah alternatif solusi untuk mempersiapkan dana pendidikan anak di masa depan? Wina punya jawabnya, “Berinvestasilah di produk-produk keuangan dan investasi.” Penyebabnya ada perbedaan yang cukup signifikan antara hasil inflasi dan hasil investasi setiap tahun, seperti dipaparkan dalam tabel di bawah ini.

Bandingkan saja. Jika Anda memilih tabungan pendidikan, Anda perlu menyetor uang dalam jumlah besar karena hasil tabungan sangat rendah. Saat ini saja, bunga tabungan hanya berkisar nol sampai 3 persen. Pun jika Anda lebih memilih menggunakan asuransi pendidikan plus investasi. Produk ini biasanya memiliki resiko investasi yang sama dengan produk reksa dana, tapi imbal hasilnya lebih kecil. Tentu saja, karena ada tambahan biaya-biaya yang dibebankan pada unit investasi Anda.

Namun bukan berarti Anda boleh memilih sembarang produk investasi reksa dana. Sebab, reksa dana saham pun sangat mungkin memberikan hasil yang minus. Wina pun menyarankan supaya dalam mempersiapkan dana pendidikan anak, orang tua menerapkan investasi yang sesuai. Apakah jangka pendek, menengah, atau panjang.

Misalnya saat ini anak Anda berusia 2 tahun, maka tahun depan dia akan masuk TK. Karena kebutuhannya bersifat jangka pendek (< 5 tahun), Anda pun bisa memilih instrumen investasi yang memberikan hasil cukup signifikan dalam jangka pendek, seperti tabungan atau reksa dana pasar uang. Untuk kebutuhan untuk 5-10 tahun, silakan pilih reksa dana pendapatan tetap. Bagi pemenuhan kebutuhan untuk 10-15 tahun, Anda dapat membeli produk reksa dana campuran. Dan untuk jangka waktu panjang (> 15 tahun), Anda dipersilakan memilih reksa dana saham.

Satu hal lagi yang terpenting, berdisiplinlah dalam mengelola hasil investasi untuk masa depan anak. Jangan tergoda untuk menarik uang yang Anda investasikan demi keperluan yang kurang bermanfaat. “Kalau terus diambil, sama saja, habis-habis juga ujungnya,” kata Wina lagi. Kini saatnya Anda tidak asal membeli produk berembel-embel “pendidikan” bagi putra-putri Anda.

Diah Ayu Candraningrum

Homepreneur

U-Mag #29, April 2010

Ayo Ganti Kartu Nama
 
Bosan jadi pekerja? Ubahlah status menjadi pebisnis. Dengan syarat jujur dan tak mudah menyerah, bisnis Anda bisa moncer dalam waktu singkat.
***

Homepreneur bukan monopoli wanita. Maaf, kami perlu menegaskan ini, karena banyak yang berpikir, menjadi entrepreneur berbasis rumah hanyalah pekerjaan ibu rumah tangga yang bosan ditinggal kerja suaminya. Untung syukur, impas pun tak apa, toh cuma mengisi waktu. Yang penting enggak rugi.

Salah kira di atas bukan tanpa akar: bagi banyak pria, tak punya kantor (sendiri atau milik bos) bisa meruntuhkan separuh harga diri. Hanya sedikit laki-laki yang siap menghadapi pertanyaan ini dengan rileks:

+ “Kerja di mana?”
- “Di rumah, dong!”

Sebab, kemungkinan besar pertanyaan selanjutnya adalah, “Pengangguran?”

Padahal profesi homepreneur banyak menjanjikan nikmat. Anda bisa memangkas jutaan rupiah uang bensin per bulan. Anda bisa menjadi lebih sabar karena tak harus memaki sopir metromini yang memotong jalan seenaknya. Dan, yang penting: dapat menikmati hidup karena bekerja sesuai dengan minat. “Bayangkan kelelahan luar biasa karena bekerja di kantor lebih dari sepuluh tahun sembari tak menikmati pekerjaan itu,” kata Rene Suhardono--entrepreneur yang ingin semua orang menjadi entrepreneur. 

Solusinya? Homepreneur. Berbisnis dari rumah adalah batu loncatan pertama kerja kantoran menuju pebisnis besar yang punya kantor di mana-mana. Tapi homepreneur bukan tiket gratis ke surga. Ini ibarat titian serambut dibelah tujuh. Jika berhasil Anda serasa di surga, kalau gagal Anda tak tahu anak-istri akan makan apa esok hari. Risikonya lumayan berat. Sebab, untuk berkonsentrasi di bisnis ini, kita kudu sudi meninggalkan pekerjaan dengan gaji memanjakan.

Untuk karyawan bergaji bulanan, menjadi homepreneur tentu tak mudah. Ada lompatan dan adaptasi besar yang harus dilewati. “Tapi, jika berniat keras berbisnis, peluang berhasil akan cukup tinggi,” kata Rene, yang baru saja menerbitkan buku terbarunya, Your Job Is Not Your Career. Tapi kita tentu tak perlu menjadi pengangguran dulu untuk menjadi homepreneur.

Pertanyaannya, jika seseorang sudah mantap posisinya di zona nyaman, apa yang mesti dia lakukan? Rene punya resep jitu. Pikirkan keberhasilan yang bakal Anda tuai dan jangan pernah berpikir gagal. “Risiko selalu ada. Tinggal menghadapinya dengan bekal cukup,” ujarnya. Bekal ini bisa berupa tabungan untuk hidup sehari-hari selama beberapa waktu ke depan (sebelum berhasil) atau pengetahuan memadai soal industri yang diincar.

Sudah pasti ada yang harus dikorbankan. Pertama, gaya hidup! Biasa belanja di mal, sekarang di pasar tradisional; biasa naik mobil, sekarang naik angkutan umum. Menurut dia, banyak orang sejak awal sudah khawatir kehilangan gaya hidup nyaman. Meski pasti terjadi, Rene bisa memastikan kita tak akan kelaparan selama berbisnis dengan perhitungan.

Pertanyaan terpenting: usaha apa yang kita rintis? Ada sejumlah buku yang menyarankan masuk bisnis ini-itu karena bisnis sedang berkembang. Tapi Rene menolaknya. “Pilih jenis usaha yang betul-betul Anda sukai,” katanya. Misalnya Anda suka memasak, jangan berbisnis rental mobil, meski sewa mobil lebih mendatangkan profit. Sesuatu yang dimulai dari hal-hal yang kita senangi biasanya bertahan lama dan membuat kita berani berinovasi, tak gampang menyerah, dan selalu mendapatkan celah.

Jadi mengapa Anda tak mulai menimbang dan memutuskan ini: mengganti kartu nama, dari pegawai (di kantor orang) menjadi pemilik (usaha sendiri).
 
DIAH AYU CANDRANINGRUM
 




Pada Mulanya...

Berikut ini sejumlah panduan yang bisa Anda gunakan untuk memulai bisnis dari rumah:

1. Ide
Dalam proses ini, kita tidak sekadar menerawang. Harus ada kejelasan ide, karena dari sana kita membuat rencana. Di tahap ini kita mulai mencari dana (kalau dana pribadi kurang), menebar jaringan (bergabung dengan kelompok profesional), mengevaluasi tujuan, dan mengubah jenis bisnis jika perlu.

2. Rencana
Rencana harus detail: kapan harus balik modal, berapa terjual dalam sehari, dan biaya promosi, semua harus benar-benar dihitung. Sering kali kegagalan bukan karena ide tak cemerlang, tapi lantaran perencanaan yang tidak sungguh-sungguh.

3. Iklan.
Di awal usaha harus rajin berpromosi. Karena bisnis masih prematur, pilih program-program komunikasi gratis atau berbiaya seminim mungkin. Bisa dari mulut ke mulut, lewat jejaring sosial Internet, atau beriklan baris di media.

4. Situs
Karena kita tak punya gerai dan kantor, situs merupakan etalase bisnis terbaik. Pakai tenaga profesional agar kemasan promosi dibuat semenarik mungkin. Lebih baik uang habis untuk membuat situs berkelas daripada merenovasi kamar tamu Anda.

5. Evaluasi
Setelah bisnis berjalan enam bulan hingga setahun, evaluasi usaha Anda. Jangan buru-buru banting setir saat mengetahui usaha kurang berhasil. Cari titik lemahnya dan perbaiki sumbernya (bukan tambal sulam). Berjalan zigzag, pindah dari satu sektor ke sektor lain hanya akan melemahkan kemampuan.

**


BUKU
Your Job Is Not Your Career
Rene S. Canoneo

Buku ini tak menyajikan tip praktis (how to) untuk berhasil dalam pekerjaan, atau memuat filosofi kerja yang memusingkan. Rene--career coach yang menulis buku ini--hanya ingin memprovokasi kita (oh ya, dia jago soal ini). Dia menjungkirbalikkan logika yang selama ini kita yakini, dan mulai meragukan langkah yang kita buat. Bahkan, di satu babnya, berani-beraninya dia meminta kita bertanya siapa diri kita sebenarnya. Pertanyaan itu penting untuk mengetahui apakah kita selama ini berada di rel yang benar? Atau justru kita mengerjakan hal yang bertolak belakang dengan keinginan kita. Intinya, kejarlah kebahagiaan, maka yang lain akan datang (termasuk uang).
Mengutip Rene: “Happy is here and now.”

Wednesday, November 10, 2010

Multiple Roles of Me

Ternyata nggak gampang ya menjalani banyak peran. Eittts, jangan tuduh saya aktris sinetron streaming lo. Nop. Saya hanya seorang perempuan, istri, wanita karir (padahal kyknya udah mentok deh karirnya:), mahasiswa yang masih punya utang kuliah, mahasiswi yang sedang ngerjain tesis (dan ditargetkan harus sidang tesis bulan depan), pekerja lepas juga dan ibu hamil 25 minggu. Haduh, banyak bener yak. Nulisnya aja capeks.

Trs masalahnya apa? Kayaknya lebih k agak sulit mengatur waktu buat berbagai peran tadi. Sebagai istri, pengen menemani suami dimanapun dan kapanpun. Cuman yg ini kyknya susah Secara suami saya lebih banyak waktu di kantornya deh kyknya dibanding sm istrinya.

Sebagai karyawan sebuah perusahaan, saya dituntut harus menyelesaikan kerja sebelum deadline. Alhamdulilah, saya bisa menyiasatinya dengan manajemen waktu yg baik meskipun tugas membludak.

Kalo peran sebagai mahasiswa yang masih harus kuliah malam hari, haduh, itu kyknya berat de. Soalnya selain saya udah agak sulit berpindah karena perut yang semakin membesar, juga kalo udah malem pengennya tidur aja dan males mikir. Cuma lucunya, setiap saya kuliah, baby di dalam perut kok gerak2 ya ndenger suara dosennya. Akankah dia jadi anak rajin menuntut ilmu ataukah justru malas belajar? (tolong dibaca kyknya presenter SILET ya)

Ini ni kyknya yang paling berat. Nyelesein tesis. Soalnya deadline bulan depan. Tapi skrg aja masih belum nemu narasumber untuk diwawancara. Tadinya mo pake metode kuantitatif yang melibatkan puluhan responden, haduh nyerah deh. Saya mendingan pilih kualitatif aja yang butuh max 10 narasumber. Masalahnya, saat ini saya belum nemu satupun narasumber. Dan masalah lain, saya nggak tau musti nyari kemana.

Soal pekerja lepas, ow kyknya mo saya pending dulu de. Secara sekarang saya mo berkonsentrasi ke peran yang paling saya nikmati yakni menjalani peran sebagai ibu hamil. Iyalah, secara udah lama saya menunggu2 momen ini. Pas ada kok mau dikalahkan sama kerjaan, kuliah, tesis, dll. No way...

Sow, di tengah hectic-nya hari2 saya, tak lupa rajin kontrol ke dokter. Ada bercak darah sedikit, lgs ke dokter. Ada sakit ini-itu, langsung periksa dokter. Karena saya nggak mau ada apa2 dengan kehamilan saya. Untungnya, dokter saya bisa ditelpon or sms.

Tak lupa juga, selalu saya sempatkan ikutan program terapi musik, senam hamil dan kelas2 persiapan menjadi orang tua. Biar sehat dan nggak stress katanya. Karena stress orang tua, bisa berefek pada anak. Maksudnya, anaknya jadi hiperaktif nantinya. Hiyy enggak de...

So, kini saya mencoba menikmati hari2 saya. Mencoba untuk let it go lah. Mencoba belajar lebih sabar dan ikhlas menerima kehidupan. Kalo memang belum jodoh, ya udah nggak usah dipaksain. Ini pelajaran terbesar yang saya dapat dalam fase kehidupan saya saat ini. Semoga sifat ini menurun ke anak saya ya, mampu menerima dengan ikhlas apapun yg ada di depan mata sambbil terus berusaha keras meraih yang terbaik.

Kehamilan Pertamaku

Ternyata ya, jika Allah SWT berkehendak, hal yang dirasa tak mungkin pun bisa terjadi. Dan saat that miracle happened to me, I just can't say even a word to describe how really really really happy I am.

Saya dan suami menikah sejak 17 November 2005. Itu hari dimana kita berdua melaksanakan akad nikah, mengucap janji sehidup-semati. Tentu dong, sebagai sepasang pengantin baru, kami berdua menginginkan segera diberi momongan. Apalagi kedua saudari saya cuma kosong sebulan dari akad nikah je.

Ternyata eh ternyata, ditunggu sebulan, tiga bulan, enam bulan, kehamilan gak dateng juga. Pas coba dateng k dokter obsgin yang profesor, cuma dibilang, "kalo pengantin baru, gak usah khawatir. kalo sudah setahun belum hamil, barulah khawatir." Lagh gmn dok? Orang kita berdua kan pengen cepet dapet keturunan. Ini malah cm dikasi obat penyubur rahim. Sebutir pula. Cuman emang gede banget si ukurannya. Akhirnya kita pun beralih ke dokter lain dan hasilnya sama saja. Okeh, kita akan menuruti saran dokter2 itu.

Setelah setahun, kok masih belum hamil juga? Apalagi semakin banyak teman yang menikah dan beberapa waktu kemudian sudah hamil. Sekali dua kali si nggak papa ya mendengar kabar gembira itu. Tapi lama-kelamaan, kok hati ini panas juga. Bukan karena iri (ada sih sedikit), tapi lebih kepada "kenapa aku yang duluan belum, ya Allah, kenapa dia yang belakangan sudah?" Apalagi pas denger adek saya yang menikah belakangan tiba2 hamil. Haduh, nggak jelas itu perasaan mau ikutan seneng atau sedih luar biasa.

Kami pun semakin rajin berobat kemana-mana. Tetapi hasilnya sami mawon alias sama ajah. Hingga akhirnya kami meyakini berdua, bahwa semuanya pasti akan datang pada saatnya. Kyk judul lagu, semuanya akan indah pada waktunya. Akhirnya, berbekal kelapangan dada dan doa terus-menerus, kami pun belajar untuk tak gusar kala menerima undangan kawinan (yang biasanya akan berbuntut berita gembira kehamilan). Justru kami mendoakan supaya pasangan tersebut cepat diberi momongan dan nggak merasakan apa yang kita rasakan.

Ok, passing the time, kita jalani berdua. Ponakan2 lucu justru jadi pelipur lara. Meski kadang2 mikir, "Seneng kali ya punya anak sendiri di rumah. Nggak perlu diuber2 mamahnya suruh cepet pulang hehehe." Kami pun fokus dengan kegiatan2 kami. Eh yang ada malah, si uda dapet promosi di kantor dan saya malah ngelancir ke Belanda ambil S2.

Begitu pulang ke tanah air, satu cita2 besar yang terbayang di kepala adalah having a baby. Langsung deh nyari dokter yang pas. Kalo nggak bisa cara normal, pake inseminasi. Kalo masih nggak jadi juga, siap2 deh bikin bayi tabung. Begitu pikiran kami. Uang tabungan pun mulai diitung2. Secara bayi tabung mahal bow.

Ternyata cara alami belum manjur. Cobalah kita ke tahap berikut yakni insem. Itupun nunggu kualitas sperma dan sel telurnya cihuy. Akhirnya, setelah ikut terapi sekitar enam bulan, berhasillah proses insem dilakukan. Sebulan kemudian, langsung +. Alhamdulilah...

Kini, usia kandungan saya memasuki 25 minggu. Akhir bulan ini rencananya mo USG 4D. Biarlah kata orang mahal dan tak jauh beda dengan USG 2D. Yang jelas, ini anak pertama kami yang sudah kami tunggu lama. Kami pun tak tahu, apakah akan ada kehamilan kedua, ketiga, dst atau hanya sekali ini saja. Jadi apapun kan kami lakukan untuk menjaganya agar bisa terlahir sehat. Dengan kata lain, mumpung hamil...

Poin dari ulasan saya di atas, bersabarlah bagi pasangan yang sudah lama menanti momongan. Fokuskan perhatian pada kegiatan yang bermanfaat dan jangan putus panjatkan doa pada Yang Maha Kuasa. Karena seperti saya bilang di atas, semuanya akan indah pada waktunya.

Mohon doanya ya supaya kehamilan dan proses persalinan saya lancar. Insya Allah, sharing pengalaman ini akan memberi semangat bagi siapapun yang sama-sama menginginkan anak. Cayyoo...

Tuesday, March 2, 2010

Berinvestasi Emas

U-Mag March 2010 Edition

Investasi nan Mulia

Selain simbol status, emas layak diinvestasikan. Nilainya stabil, likuid, dan relatif aman.
***

Mari kita bicara tentang emas, tapi bukan emas perhiasan. Biarlah istri atau pasangan Anda yang menyimpan perhiasan itu di laci lemari mereka. Pria tak menyimpan--apalagi memakai--kalung dan gelang emas. Selain itu, perhiasan emas tak dapat dijadikan investasi. Ada biaya pembuatan perhiasan, belum lagi perubahan selera pada saat beli dan jual sehingga modelnya tak lagi disukai. Akibatnya, harga jual menjadi lebih rendah.

Lalu apa yang harus disimpan? Ada banyak. Jika Anda ingin memiliki bentuk fisiknya, silakan pilih emas batangan atau koin emas--seperti halnya Paman Gober. Tapi, kalau khawatir menyimpan emas beneran, belilah sertifikat emas, tabungan emas, reksa dana dengan underlying perusahaan pertambangan emas, atau kontrak berjangka komoditas emas. Untuk yang terakhir ini, yang Anda simpan hanya kertas, tapi keuntungannya tak kurang dari menyimpan emas betulan.

Dari semua varian tadi, yang paling umum menjadi instrumen investasi adalah emas batangan atau lantakan (gold bar) berkadar 22 karat (95 persen) atau 24 karat (99 persen). Jenis ini dianggap paling baik karena kapan pun dan di mana pun Anda jual, harganya mengikuti harga internasional. Pilihan berikutnya koin emas. Sayang, jumlahnya terbatas dan agak sulit dijumpai di pasar.

Investasi emas putih tidak disarankan, karena emas putih dibentuk dari emas kuning (75 persen) plus platina. Emas kuning dibentuk dari emas ditambah kuningan.

Apa untungnya investasi emas? Pertama, soal harganya yang terus naik. Sepanjang 2009, harga emas sudah menanjak 55 persen. Hingga awal Februari 2010, harga logam mulia ini masih terus meningkat tajam.

Kedua, universal. Tak seperti mata uang yang terbatas, emas bersifat universal. Artinya, mau Anda hidup di belahan dunia mana pun, emas selalu bernilai: suplai emas terbatas dan permintaan tak terbatas yang membuat harganya semakin hari semakin naik. Nilai emas pun cenderung stabil dan tak ada efek inflasi.

Keuntungan lain, harga emas internasional selalu dipatok dalam dolar Amerika. Jadi, kalau terjadi pelemahan nilai tukar dolar, ada dua keuntungan yang diperoleh: selisih harga dolar dan kenaikan harga emas itu sendiri.

Konsultan investasi emas, Mohamad Ihsan Palaloi, punya alasan lain, yaitu aman. Berbeda dengan investasi lain yang penuh risiko, emas bisa diandalkan untuk masa depan. “Mulailah berinvestasi emas untuk kebutuhan anak-anak di masa mendatang,” dia menganjurkan.

Selain itu, emas sangat likuid, bisa dicairkan kapan saja Anda mau. Misalnya Anda ingin berbisnis tapi belum menemukan yang cocok. Nah, sambil belajar mengamati bisnis yang sesuai dengan bakat, silakan Anda menyimpan emas. Jika sudah siap, jual saja emas tersebut untuk modal usaha. Atau, jika suatu saat butuh dana cepat, bawa saja emas ke pegadaian sebagai agunan. Dijamin Anda akan pulang dengan segepok uang di tangan.

Diah Ayu Candraningrum

**

Agar Emas Tak Jadi Loyang

Ada sejumlah kiat agar emas Anda tetap berjaya dan tak melorot jadi loyang alias jatuh harga tak keruan. Di antaranya:

1. Membeli
- Anda bisa membeli emas mulai 1 gram hingga 1.000 gram. Makin berat emas yang dibeli, harga per gramnya lebih murah.
- Anda bisa membeli emas batangan atau koin emas di toko emas, di seluruh cabang pegadaian dalam lelang, di gerai PT Aneka Tambang Logam Mulia Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia di Jakarta atau Surabaya. Juga di money changer tertentu.
- Saat membeli, perhatikan sertifikat logam mulia Aneka Tambang: karat 99.99 (berarti 24 karat) dan bukan 99.98; serta cocokkan nomor pengenal di sertifikat dengan nomor logam mulia.
- Cek harga emas setiap hari di http://logammulia.com.


2. Menyimpan
- Pilih tempat penyimpanan di rumah yang aman dan tersembunyi.
- Jika tak percaya diri menyimpan emas di rumah, sewa kotak pengaman di bank. Hampir setiap cabang bank menyediakan layanan ini dengan tarif sekitar Rp 400 ribu sampai Rp 1 juta per tahun untuk ukuran small-medium.
- Hati-hati menyimpan emas batangan dan koin emas. Tak boleh jatuh, penyok, atau cuil. Selain tak bisa diperbaiki, akan menurunkan harga jual.
- Gunakan pelapis khusus saat menyimpan emas batangan dan koin emas. Ada kemungkinan teroksidasi oleh udara atau berubah warna.

3. Menjual
- Silakan bawa kembali emas batangan atau koin emas Anda ke Aneka Tambang, pegadaian, atau toko emas.
- Kembalilah ke tempat Anda membeli jika kuitansinya masih ada.
- Transaksi penjualan emas mirip menukar uang di money changer. Emas Anda akan dicek kondisinya dan dibeli sesuai dengan harga real time pukul 09.00-12.00.
- Dibanding tempat lain, menjual emas di Aneka Tambang bisa mendongkrak harga. Hanya prosedurnya agak lebih rumit.
- Kapan saat paling tepat menjual emas? Tak ada acuan pasti. Tapi harga emas berbanding terbalik dengan nilai tukar dolar. Artinya, semakin rendah nilai tukar dolar, harga emas akan naik. Begitupun sebaliknya. Ancar-ancar ini bisa sekadar jadi petunjuk tentang waktu yang tepat untuk melepas koleksi logam mulia Anda.

Diah Ayu Candraningrum

Tips Ber-IPO

U-Mag February 2010 Edition

Untung Bisa Diraih

Inilah petuah Kepala Riset Recapital Securities Poltak Hotradero tentang dua manfaat investasi saham perdana. Pertama, keuntungan dari capital gain atau perubahan harga saham. Kedua, pembagian dividen atau bagian dari laba bersih perusahaan saban tahun.

---

Tip Membeli Saham Perdana:

1. Kenali.
Setiap perusahaan akan mempublikasikan prospektus singkat di beberapa surat kabar nasional sebelum IPO. Isinya seputar riwayat perusahaan, tujuan IPO, penggunaan dana hasil IPO, dan laporan keuangan perusahaan itu selama tiga tahun terakhir. Dari prospektus ini, bisa ketahuan rekam jejak serta prospek perusahaan itu.

2. Bukan menalangi utang.
Sebaiknya, jangan membeli saham perusahaan yang akan menggunakan dana IPO untuk membayar utang. Pilihlah perusahaan yang memakai duit itu untuk membiayai rencana pengembangan usaha. Jadi uang kita bisa berkembang.

3. Siapa “wedding organizer”-nya?
Cari tahu perusahaan penjamin emisi (underwriter) untuk perusahaan yang akan go public. Tugas underwriter mirip wedding organizer, yakni menangani segala urusan tetek-bengek, dari proses awal IPO hingga saham itu tercatat di bursa.

4. Bedah perutnya.
Sebelum IPO, perusahaan wajib menggelar ekspose atau paparan publik. Hajatan yang mirip konferensi pers ini merupakan kesempatan bagus untuk membedah isi perut perusahaan itu. Tanyalah underwriter kapan acara ini dilaksanakan.

5. Mulai memesan.
Setelah ekspose publik, perusahaan--dibantu penjamin emisi--biasanya menggelar masa penawaran. Saat itulah Anda bisa membeli saham perdana. Pemesanan dan pembeliannya kepada penjamin emisi dan agen-agen penjual yang sudah ditunjuk (co-underwriter). Tapi belum tentu Anda bisa memperoleh semua saham itu sesuai dengan jumlah pesanan. Apalagi jika saham itu laris manis dan mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed.

6. Taksir harganya.
Takarlah harga saham perdana: mahal atau murah. Harga tinggi belum tentu mahal. Sebaliknya, harga rendah tak selalu murah. Salah satu rumusnya: rasio harga saham dibagi laba bersih perusahaan atau price to earning ratio (PER). Bandingkan rasio yang diperoleh dengan perusahaan lain yang sudah lebih dulu masuk bursa dan bagus.

7. Dapatkan diskon.
Biasanya, perusahaan dan penjamin emisi selalu memberikan harga diskon saat IPO.

8. Jual saja kalau sudah naik.
Hampir semua saham IPO di Bursa Efek Indonesia mencetak kenaikan harga saham pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder. Jika Anda tergolong tipe investor agresif yang ingin menangguk untung lewat capital gain, begitu membeli saham IPO di pasar perdana, langsung saja jual saham itu ketika sudah “beraksi” di pasar sekunder.

9. Atau simpan saja.
Kalau Anda termasuk golongan investor konservatif dan memiliki horizon investasi jangka panjang, silakan terus menyimpan saham IPO hingga bertahun-tahun. Tak akan rugi. Saham Adaro, misalnya, harganya sudah naik 100 persen hanya dalam waktu dua tahun.

Diah Ayu Candraningrum

Kejar IPO, Yuks...

U-Mag February 2010 edition


Sambarlah Saham dari Panci

Membeli saham di pasar perdana adalah salah satu cara menjadi pemilik perusahaan tanpa harus repot-repot menjadi karyawan.

***

Jika ingin bermain saham, inilah cara gampang mendapat untung: belilah saham segar saat ia baru keluar dari panci. Kalau sekarang Anda membeli saham PT Adaro Energy Tbk. di bursa, harga selembarnya Rp 2.000. Minimal pembelian 500 saham (1 lot). Artinya, diperlukan uang Rp 1 juta untuk mengempit 500 saham Adaro saat ini.

Ada cara lebih murah untuk membeli saham tersebut, yaitu ketika Adaro pertama kali masuk bursa dengan menggelar penawaran umum saham perdana ke publik. Istilah asingnya initial public offering (IPO). Dua tahun lalu, ketika Adaro masuk bursa, harga selembar sahamnya masih Rp 1.100. Jadi, Anda cukup merogoh kocek Rp 550 ribu untuk memperoleh 500 saham Adaro kala itu.

Nah, dalam dua tahun, investasi Anda sudah berlipat dua kali. Nominal keuntungan yang diperoleh kian membengkak kalau jumlah saham yang dibeli lebih banyak lagi. Karena itulah banyak orang memburu saham IPO atau saham perdana. Mereka rela antre dan berdesakan demi menyambar saham tangan pertama.

Biasanya, perusahaan yang sudah stabil dan transparan akan memutuskan menjadi perusahaan publik. Perusahaan ini akan menjual sebagian sahamnya ke masyarakat dan mencatatkan sahamnya di bursa. Ada beragam alasan perusahaan go public.

Salah satunya: agar perusahaan lebih transparan karena dimiliki pula oleh publik. Ada juga yang ingin mencari dana murah dari masyarakat untuk pengembangan usaha, ekspansi, atau pembayaran utang.

Nah, selamat berburu saham IPO, yang biasanya banyak bertebaran di awal tahun!

DIAH AYU CANDRANINGRUM