Wednesday, November 10, 2010

Kehamilan Pertamaku

Ternyata ya, jika Allah SWT berkehendak, hal yang dirasa tak mungkin pun bisa terjadi. Dan saat that miracle happened to me, I just can't say even a word to describe how really really really happy I am.

Saya dan suami menikah sejak 17 November 2005. Itu hari dimana kita berdua melaksanakan akad nikah, mengucap janji sehidup-semati. Tentu dong, sebagai sepasang pengantin baru, kami berdua menginginkan segera diberi momongan. Apalagi kedua saudari saya cuma kosong sebulan dari akad nikah je.

Ternyata eh ternyata, ditunggu sebulan, tiga bulan, enam bulan, kehamilan gak dateng juga. Pas coba dateng k dokter obsgin yang profesor, cuma dibilang, "kalo pengantin baru, gak usah khawatir. kalo sudah setahun belum hamil, barulah khawatir." Lagh gmn dok? Orang kita berdua kan pengen cepet dapet keturunan. Ini malah cm dikasi obat penyubur rahim. Sebutir pula. Cuman emang gede banget si ukurannya. Akhirnya kita pun beralih ke dokter lain dan hasilnya sama saja. Okeh, kita akan menuruti saran dokter2 itu.

Setelah setahun, kok masih belum hamil juga? Apalagi semakin banyak teman yang menikah dan beberapa waktu kemudian sudah hamil. Sekali dua kali si nggak papa ya mendengar kabar gembira itu. Tapi lama-kelamaan, kok hati ini panas juga. Bukan karena iri (ada sih sedikit), tapi lebih kepada "kenapa aku yang duluan belum, ya Allah, kenapa dia yang belakangan sudah?" Apalagi pas denger adek saya yang menikah belakangan tiba2 hamil. Haduh, nggak jelas itu perasaan mau ikutan seneng atau sedih luar biasa.

Kami pun semakin rajin berobat kemana-mana. Tetapi hasilnya sami mawon alias sama ajah. Hingga akhirnya kami meyakini berdua, bahwa semuanya pasti akan datang pada saatnya. Kyk judul lagu, semuanya akan indah pada waktunya. Akhirnya, berbekal kelapangan dada dan doa terus-menerus, kami pun belajar untuk tak gusar kala menerima undangan kawinan (yang biasanya akan berbuntut berita gembira kehamilan). Justru kami mendoakan supaya pasangan tersebut cepat diberi momongan dan nggak merasakan apa yang kita rasakan.

Ok, passing the time, kita jalani berdua. Ponakan2 lucu justru jadi pelipur lara. Meski kadang2 mikir, "Seneng kali ya punya anak sendiri di rumah. Nggak perlu diuber2 mamahnya suruh cepet pulang hehehe." Kami pun fokus dengan kegiatan2 kami. Eh yang ada malah, si uda dapet promosi di kantor dan saya malah ngelancir ke Belanda ambil S2.

Begitu pulang ke tanah air, satu cita2 besar yang terbayang di kepala adalah having a baby. Langsung deh nyari dokter yang pas. Kalo nggak bisa cara normal, pake inseminasi. Kalo masih nggak jadi juga, siap2 deh bikin bayi tabung. Begitu pikiran kami. Uang tabungan pun mulai diitung2. Secara bayi tabung mahal bow.

Ternyata cara alami belum manjur. Cobalah kita ke tahap berikut yakni insem. Itupun nunggu kualitas sperma dan sel telurnya cihuy. Akhirnya, setelah ikut terapi sekitar enam bulan, berhasillah proses insem dilakukan. Sebulan kemudian, langsung +. Alhamdulilah...

Kini, usia kandungan saya memasuki 25 minggu. Akhir bulan ini rencananya mo USG 4D. Biarlah kata orang mahal dan tak jauh beda dengan USG 2D. Yang jelas, ini anak pertama kami yang sudah kami tunggu lama. Kami pun tak tahu, apakah akan ada kehamilan kedua, ketiga, dst atau hanya sekali ini saja. Jadi apapun kan kami lakukan untuk menjaganya agar bisa terlahir sehat. Dengan kata lain, mumpung hamil...

Poin dari ulasan saya di atas, bersabarlah bagi pasangan yang sudah lama menanti momongan. Fokuskan perhatian pada kegiatan yang bermanfaat dan jangan putus panjatkan doa pada Yang Maha Kuasa. Karena seperti saya bilang di atas, semuanya akan indah pada waktunya.

Mohon doanya ya supaya kehamilan dan proses persalinan saya lancar. Insya Allah, sharing pengalaman ini akan memberi semangat bagi siapapun yang sama-sama menginginkan anak. Cayyoo...

No comments: